“…..You are what you
think you are (Anda adalah apa yang Anda pikirkan)”
_Buddha_
Sekilas ungkapan diatas mungkin terdengar biasa, tetapi bila diresapi lebih dalam, ungkapan ini memiliki makna yang luar biasa. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri? Orang ang memiliki potensi tinggi dan berhak untuk sukses? Atau hanya seseorang yang tidak cukup memiliki kemampuan untuuk meraih keberhasilan? Apapun itu, tentu kita memiliki pandangan berbeda beda terhadap diri kita sendiri.
Cara pandang kita terhadap diri
sendiri, bagaimana kita menginterpretasikan diri sendiri atau yang biasa
disebut konsep diri (self esteem),
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Percaya atau tidak, sukses
atau tidaknya seseorang sebenarnya berawal dari faktor internal (dalam) pribadi
masing-masing (dengan seizin sang khalik tentunya). Walaupun faktor eksternal
(lingkungan dan masyarakat) turut memberi andil, tapi tetap factor internlah
yang menjadi kemudi setir yang akan menentukan kearah mana kesuksesan itu
menuju. Seperti disebutkan dalam ungkapan diatas, “Anda adalah apa yang Anda
pikirkan”, apabila Anda merasa mampu melakukan sesuatu, maka Anda bisa
melakukannya. Seballiknya, jika dari awal Anda sudah merasa kalah, maka Anda
akan kalah. Karena ketika sugesti sudah tertanam, biasanya tindakan yang
munculpun adalah tindakan yang memungkinkan sugesti tadi bisa terwujud. Ketika
seseorang merasa sanggup menyelesaikan sutau pekerjaan yang berat,
otomatis tindakan yang muncul adalah
usaha yang keras agar mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut tak peduli apapun
halangannya.
Kita tentunya mengenal banyak
orang-orang sukses di dunia juga mengetahui riwayat hidup mereka. Dari
kisah-kisah hhidup mereka bisa diketahui bahwa mereka bukanlah orang-orang
sembarangan yang tiba-tiba meraih sukses begitu saja. Mereka adalah orang-orang
luar biasa dengan pribadi yang unik dan kuat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang
memiliki keterbatasan fisik. Tapi itu bukanlah masalah besar karena dibalik
kekurangan yang ada, mereka memiliki kemampuan tanpa batas. Sebut saja; Helen
Keller, Ludwig Von Beethoven, dan Gol A Gong. Mereka adalah orang-orang yang
memiliki konsep diri yang kuat, yang memiliki pandangan positif terhadap diri
sendiri. Orang yang berkata “Saya bisa, dan pasti bisa!!!”. Memiliki
keterbatasan tapi mampu menjadi orang-orang yang berpengaruh di dunia yang
dikenal banyak orang membuktikan bahwa konsep diri yang positif memang
berkontribusi aktif terhadap kesuksesan sesorang.
Berangkat dari pembahasan diatas,
saya mencoba mengaitkannya dengan peran kita, para guru, sebagai pendidik. Guru
sebagai pendidik, bukan semata mata pengajar. Guru sebagai tokoh yang tidak ada
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter siswa secara
bersamaan. Alangkah baiknya apabila kita para guru bisa membantu siswa
membangun konsep diri yang positif. Membantu siswa memiliki pandangan positif
terhadap diri mmereka sendiri. Berikut ada beberapa hal ang bisa kita lakukan
untuk membangun konsep diri positif pada siswa:
1. Tunjukkan sikap hangat, rasa sayang dan ikhlas dalam
berhubungan siswa.
2. Banyak berbicara, berkomunikasi positif dengan memberi stimulasi sebanyak mungkin.
3. Hindari membandingkan siswa dengan siswa lain dan berbicara tentang keburukan mereka pada orang lain di depan mereka.
4. Fokuskan perhatian pada sisi positif siswa dan perhatikan serta motivasikan agar siswa mengenal kemampuan-kemampuannya.
5. Tunjukkan apresiasi guru terhadap sisi positif siswa dan juga katakan bahwa orang lainpun mengapresiasi dia.
6. Jika memberikan batasan terhadap perilaku siswa, nyatakan secara jelas dampak dari perilakunya terhadap siswa lain atau dirinya sendiri.
7. Buatlah pilihan-pilihan yang menghindari kata “tidak” & “terserah” dalam pendidikan disiplin, rutinitas positif.
8. Hindari memberi hukuman dan melontarkan kata-kata atribut negatif seperti: “kamu anak yang paling cengeng, rewel, nakal” atau “di dunia cuma kamu satu-satunya yang susah diatur”
9. Biarkan siswa berimajinasi dan bereksperimen serta menyatakan perasaan mereka dengan segala keunikannya, aktiflah bersama imajinasi siswa.
10. Beri kesempatan pada siswa anda untuk bereksplorasi, mencoba karena selama ada ruang untuk berbuat suatu kesalahan, disana siswa belajar.
11. Hargai siswa atas apapun yang mereka lakukan meskipun kecil.
12. Jujurlah terhadap kondisi yang dialami siswa, jangan membohonginya dengan tahayul
13. Jadilah contoh atau model dan lakukan kegiatan sederhana bersama siswa.
Terakhir adalah keteladanan. Ini tentu kita sudah tahu
semua. Yang selalu dibutuhkan adalah kesadaran baru dan kesadaran baru. Sebab,
yang lebih kuat mendorong kita untuk melakukan sesuatu itu terkadang bukan
pengetahuan, melainkan kesadaran baru.
Apabila konsep diri positif sudah
tertanam dalam diri siswa, maka kita, guru dan orang tua tinggal menunggu
keajaiban-keajaiban hebat yang akan mereka ciptakan. Jika Helen Keller
penyandang buta dan tuli bisa menjadi penulis sukses dan Beethoven sukses
sebagai musisi karena memiliki pandangan positif terhadap potensi mereka, siapa
yang tahu akan jadi apa anak didik kita nantinya yang mungkin juga akan ikut
serta menorehkan namanya di catatan sejarah orang-orang sukses di dunia. Who knows???
Pauh Kambar, 15112011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar