Jumat, 04 Mei 2012

The Power of Self Esteem


“…..You are what you think you are (Anda adalah apa yang Anda pikirkan) 

_Buddha_


Sekilas ungkapan diatas mungkin terdengar biasa, tetapi bila diresapi lebih dalam, ungkapan ini memiliki makna yang luar biasa. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri? Orang ang memiliki potensi tinggi dan berhak untuk sukses? Atau hanya seseorang yang tidak cukup memiliki kemampuan untuuk meraih keberhasilan? Apapun itu, tentu kita memiliki pandangan berbeda beda terhadap diri kita sendiri.

Cara pandang kita terhadap diri sendiri, bagaimana kita menginterpretasikan diri sendiri atau yang biasa disebut konsep diri (self esteem), merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Percaya atau tidak, sukses atau tidaknya seseorang sebenarnya berawal dari faktor internal (dalam) pribadi masing-masing (dengan seizin sang khalik tentunya). Walaupun faktor eksternal (lingkungan dan masyarakat) turut memberi andil, tapi tetap factor internlah yang menjadi kemudi setir yang akan menentukan kearah mana kesuksesan itu menuju. Seperti disebutkan dalam ungkapan diatas, “Anda adalah apa yang Anda pikirkan”, apabila Anda merasa mampu melakukan sesuatu, maka Anda bisa melakukannya. Seballiknya, jika dari awal Anda sudah merasa kalah, maka Anda akan kalah. Karena ketika sugesti sudah tertanam, biasanya tindakan yang munculpun adalah tindakan yang memungkinkan sugesti tadi bisa terwujud. Ketika seseorang merasa sanggup menyelesaikan sutau pekerjaan yang berat, otomatis  tindakan yang muncul adalah usaha yang keras agar mampu menyelesaikan pekerjaan tersebut tak peduli apapun halangannya.  

Kita tentunya mengenal banyak orang-orang sukses di dunia juga mengetahui riwayat hidup mereka. Dari kisah-kisah hhidup mereka bisa diketahui bahwa mereka bukanlah orang-orang sembarangan yang tiba-tiba meraih sukses begitu saja. Mereka adalah orang-orang luar biasa dengan pribadi yang unik dan kuat. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Tapi itu bukanlah masalah besar karena dibalik kekurangan yang ada, mereka memiliki kemampuan tanpa batas. Sebut saja; Helen Keller, Ludwig Von Beethoven, dan Gol A Gong. Mereka adalah orang-orang yang memiliki konsep diri yang kuat, yang memiliki pandangan positif terhadap diri sendiri. Orang yang berkata “Saya bisa, dan pasti bisa!!!”. Memiliki keterbatasan tapi mampu menjadi orang-orang yang berpengaruh di dunia yang dikenal banyak orang membuktikan bahwa konsep diri yang positif memang berkontribusi aktif terhadap kesuksesan sesorang.

Berangkat dari pembahasan diatas, saya mencoba mengaitkannya dengan peran kita, para guru, sebagai pendidik. Guru sebagai pendidik, bukan semata mata pengajar. Guru sebagai tokoh yang tidak ada mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter siswa secara bersamaan. Alangkah baiknya apabila kita para guru bisa membantu siswa membangun konsep diri yang positif. Membantu siswa memiliki pandangan positif terhadap diri mmereka sendiri. Berikut ada beberapa hal ang bisa kita lakukan untuk membangun konsep diri positif pada siswa:


1. Tunjukkan sikap hangat, rasa sayang dan ikhlas dalam berhubungan siswa.

2. Banyak berbicara, berkomunikasi positif dengan memberi stimulasi sebanyak mungkin.

3. Hindari membandingkan siswa dengan siswa lain dan berbicara tentang keburukan mereka pada orang lain di depan mereka.

4. Fokuskan perhatian pada sisi positif siswa dan perhatikan serta motivasikan agar siswa mengenal kemampuan-kemampuannya.

5. Tunjukkan apresiasi guru terhadap sisi positif siswa dan juga katakan bahwa orang lainpun mengapresiasi dia.

6. Jika memberikan batasan terhadap perilaku siswa, nyatakan secara jelas dampak dari perilakunya terhadap siswa lain atau dirinya sendiri.

7. Buatlah pilihan-pilihan yang menghindari kata “tidak” & “terserah” dalam pendidikan disiplin, rutinitas positif.

8. Hindari memberi hukuman dan melontarkan kata-kata atribut negatif seperti: “kamu anak yang paling cengeng, rewel, nakal” atau “di dunia cuma kamu satu-satunya yang susah diatur”

9. Biarkan siswa berimajinasi dan bereksperimen serta menyatakan perasaan mereka dengan segala keunikannya, aktiflah bersama imajinasi siswa.

10. Beri kesempatan pada siswa anda untuk bereksplorasi, mencoba karena selama ada ruang untuk berbuat suatu kesalahan, disana siswa belajar.

11. Hargai siswa atas apapun yang mereka lakukan meskipun kecil.

12. Jujurlah terhadap kondisi yang dialami siswa, jangan membohonginya dengan tahayul

13. Jadilah contoh atau model dan lakukan kegiatan sederhana bersama siswa.  


Terakhir  adalah keteladanan. Ini tentu kita sudah tahu semua. Yang selalu dibutuhkan adalah kesadaran baru dan kesadaran baru. Sebab, yang lebih kuat mendorong kita untuk melakukan sesuatu itu terkadang bukan pengetahuan, melainkan kesadaran baru.

Apabila konsep diri positif sudah tertanam dalam diri siswa, maka kita, guru dan orang tua tinggal menunggu keajaiban-keajaiban hebat yang akan mereka ciptakan. Jika Helen Keller penyandang buta dan tuli bisa menjadi penulis sukses dan Beethoven sukses sebagai musisi karena memiliki pandangan positif terhadap potensi mereka, siapa yang tahu akan jadi apa anak didik kita nantinya yang mungkin juga akan ikut serta menorehkan namanya di catatan sejarah orang-orang sukses di dunia. Who knows???


Pauh Kambar, 15112011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar